Tempat Corat-Coret Dikala Senggang

Finally I Find You

baban - nia

“Alangkah mengerikannya menjadi tua dengan kenangan masa muda yang berisi kemacetan jalan, ketakutan datang terlambat ke kantor, tugas-tugas rutin yang tidak menggugah semangat, dan kehidupan seperti mesin, yang hanya akan berakhir dengan pensiun tidak seberapa.” Begitu kata Seno Gumira dalam salah satu karyanya “Menjadi Tua di Jakarta.”

Saya, dengan atau tanpa kenangan kemacetan, tugas-tugas rutin serta tetek bengek lainnya, tetap merasa bahwa menjadi tua adalah hal yang mengerikan. Namun menjadi tua adalah hal yang pasti. Usia terus bertambah, pelan tapi pasti, saya akan menua.

Dan tak terasa tahun ini saya memasuki usia kepala 3 yang kesekian kalinya. Umur yang bagi sebagian orang dianggap cukup matang untuk menemukan belahan jiwa. Terlebih akhir tahun kemarin, ibu kembali menembaki saya dengan pertanyaan “kapan kawin?”

“Ban, tahun ini, tahun ke-x kamu di usia kepala 3 lho, masih belum kepingin menikah tah?” Belum sempat saya menjawab, ibu kembali menimpali, “Terima kasih sebelumnya, kamu sudah mewujudkan mimpi ibu pergi ke Tanah Suci, mengumroh badal-kan bapak melalui adikmu juga mencukupkan kebutuhan ibu sehingga di akhir hayat ini ibu bisa fokus ibadah. Sekarang tak ada hal lain dari harapan ibu untuk melihat anak ibu menikah dengan bahagia, mumpung ibu masih sehat, masih bisa menemani kamu nanti.”

Sekenanya saya menjawab, “Iya, sama – sama bu, memuliakan ibu dan alm. bapak adalah tugas saya sebagai anak. Tapi saya ini merasa belum matang bu, belum punya kapabilitas untuk berumah tangga, lha wong masang regulator tabung gas saja saya masih belum cakap kok. Ibarat buah, saya ini masih belum gemading ataupun matang, saya ini masih mentah.”

Baca juga:  Hari Gini Belum Jadi Nasabah BCA Prioritas? Sama Dong 🤭

“Lho, tapi kan buah mentah bisa dimatengkan lebih cepat, pakai karbit misalnya, Hayo!, jadi kapan kamu mau nikah ban?”, sanggah ibu saya.

Mendapatkan jawaban seperti itu saya menjadi tak berkutik, Skakmat!

Saya menjadi kepikiran. Bukan! Bukan kepikiran untuk menikahi karbit! Bukan juga kepikiran gas 3 kg! Namun saya terpikirkan usia ibu yang kini semakin renta membuat saya takut tak bisa mewujudkan harapannya.

Beberapa hari setelahnya saya mengajak nge-date si wanita idaman di tempat kopi, tempat Kami terbiasa mengupdate berita selama seminggu tak bertemu. Entah wanita ini bisa membaca pikiran saya atau bagaimana, setelah bartender meletakkan kopi yang Kami pesan, Kami langsung berdiskusi tentang masa depan.

Tak ingin kehilangan momen, saya langsung mengajaknya berdiskusi lebih dalam terkait nilai dan harapannya menjalankan pernikahan. Tentu hal ini penting bagi saya dan juga ia, tujuannya sudah pasti agar kami memiliki tujuan yang sama saat serumah nanti.

Saya, menyampaikan kepadanya perihal nilai yang saya yakini selama ini yakni Growth Mindset, Iya betul, ini nilai yang selama ini saya pegang agar tak berlarut dalam kebahagian atapun kesedihan. Dan harapannya ketika menikah nanti kita terbiasa untuk menilai sesuatu dari proses yang dijalankan bukan hasil akhir dari tujuan. Bila berhasil, amati prosesnya catat kemudian ulangi. Bila gagal, coba lagi, dan tetap berproses. Dengan begitu kita akan terbiasa memandang proses yang dijalankan sebagai anak tangga untuk mencapai perbaikan dari takdir yang telah ditetapkan.

Baca juga:  Ajegile, ADV Emang Top untuk Touring

Sementara darinya, ia amat concern terkait nilai kesetaraan yang mana saya juga sepemahaman, dimana setelah menikah nanti ia meminta tak hanya berperan pada dapur, kasur, dan sumur namun juga diberikan kesempatan untuk menggapai cita-citanya.

Deal! Kami bersepakat untuk saling belajar bersama jika ada hal yang tak cukup kami mengerti dikemudian hari.

Setelahnya, 2024 berjalan sangat cepat. Puji Tuhan, Allah menjawab segala ketakutan saya atas masa depan terutama tentang hari tua nanti. Dan jawaban atas ketakutan saya itu ternyata amat sederhana. Seorang perempuan bernama Nia Marlea.

Alhamdulillah hari Minggu kemarin, 2 Feb 2025, Saya menikahi Nia dengan prosesi nikah yang kami impikan. Akad dan resepsi pernikahan yang intim, penuh adat serta berkesan. Penuh kesederhanaan serta penuh dengan kehangatan, akad di Mushala kemudian dilanjutkan Resepsi di halaman rumahnya.

Terima kasih Nia telah menerima segala kekurangan saya, InsyaAllah saya akan memuliakanmu juga orang tuamu selain yang telah termuliakan dalam hidup saya yakni bapak & ibu saya.

Untuk teman – teman sekalian, mohon maaf belum bisa mengundang semuanya dikarenakan keterbatasan tempat dan waktu. Namun besar bagi kami, panjenengan tetap mau menghaturkan doa restu, semoga pernikahan kami ini adalah untuk yang pertama dan juga terakhir kalinya.

Kuningan, 02 Februari 2025

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *