Patriot Asal Bekasi – Bekasi, 11 November 2012. Siang itu aku baru saja keluar dari kampus setelah selama 3 jam sebelumnya berkutat dengan angka di pelajan financial decision making. Di tengah cuaca yang teduh tertutup awan, aku memutuskan untuk langsung keluar dari lingkungan kampus untuk segera me-refresh otak yang sudah penat ini. Tak ada planning ingin pergi kemana saat itu, tidak untuk pulang dan juga tidak untuk berdiam lama di kampus. Aku memang sudah terbiasa seperti ini, ketika penat melanda selalu ku izinkan diri ini menguasainya sendiri, berjalan tanpa arah sambil menikmati ciptaan Tuhan di bumi.
Dengan iringan music pop yang keluar dari headset ditelinga, aku berkendara di perbatasan Bekasi dan Jakarta. Menyusuri jalan kalimalang yang biasanya disesaki oleh aneka kendaraan, namun hari itu tak banyak kendaraan yang lalu lalang disitu. “Mungkin karena ini baru jam 1 siang ya, jadi belum banyak kendaraan yang mengarah dari Jakarte ke Bekasi untuk pulang ke rumahnya masing masing” gumamku waktu itu. “Seandainya jalanan lenggang seperti ini dapat ku nikmatai setiap hari” lanjut gumamku.
Tak terasa aku telah berkendara sampai daerah Jaka Sampurna tepatnya di jalan K. H. Noer Ali – Kalimalang, Bekasi. Sudah cukup jauh ternyata aku berkendara, rasa lelah di tambah perut yang mulai bergejolak memaksaku untuk berhenti mengisi tenaga di sebuah warung makan di daerah tersebut.
Sambil iseng menunggu makanan tersaji, pikiranku melayang dan teringat akan nama K. H. Noer Ali yang terpampang sebagai nama jalan di sepanjang jalan Kalimalang. Who is K. H. Noer Ali? kok bisa ya namanya di abadikan sebagai nama jalan ? Hmm… entahlah rasa lapar yang mendera tubuh ini telah mengalahkan keinginnanku untuk berfikir. Dan kebetulan pesannan yang kupesan telah terhidang diatas meja, so lets eat 🙂
15 menit berlalu, makanan yang sebelumnya tersaji cantik di meja telah hilang tak berbekas. Dengan kondisi yang kekenyangan seperti itu, aku memutuskan untuk berwifi gratis sambil menunggu pencernaan perut mengurangi volume makanan yang kulahap barusan. Tiba tiba aku teringat pertanyaan yang ku lontarkan sebelum makan tadi, Siapa itu K. H. Noer Ali ?. Dengan bermodalkan wifi gratis aku mulai search informasi tentang asal usul serta seluk beluk dari sosok K. H. Noer Ali. Sampai akhirnya aku menemukan sebuah blog kearsipan dan dokumentasi yang mengulas abis tentang K. H. Noer Ali. Mungkin beberapa dari anda yang sering melewati jalan Kalimalang, juga ingin mengetahui siapa itu K. H. Noer Ali. Tenang, aku akan pharapress informasi yang kudapat untuk ku ceritakan kembali di blog ini.
Usut punya usut ternyata sosok K. H. Noer Ali yang namanya diabadikan sebagai nama jalan itu bukan orang biasa, beliau termasuk pahlawan nasional dari Bekasi. Mungkin banyak diantara kalian yang baru mengetahui bahwa Bekasi mempunyai sosok patriotic sebagai pahlawan nasional. Jujur aku sendiri sebagai penghuni Bekasi selama 19 tahun pun baru mengetahui bahwa ada sosok pejuang dari daerah kelahiranku tersebut. K. H. Noer Ali terlahir dari pasangan Anwar bin Layu dan Maimunah binti Tarbin pada tanggal 15 Juli 1914 di desa Ujungmalang, Babelan, Bekasi.
Kegigihan Noer Ali sudah nampak terlihat pada saat beliau kecil, dimana saat masih dibawah umur 5 tahun Noer Ali kecil telah dapat menghafal beberapa surat pendek Al-Quran. Pendidikan Noer Ali sendiri dimulai saat beliau berumur 7 tahun, melalui pendidikan pesantren Noer Ali kecil dibekali pemahaman agama yang menitikberatkan pada pengenalan dan membaca huruf arab, menyimak, menghafal dan membaca ayat ayat suci Al-Quran serta menghafal dasar dasar rukun Islam, rukun iman, tarikh para nabi, akhlak, fikih dan kitab kuning (kitab Islam klasik) sebagai inti dari pendidikan.
Belum puas dengan ilmu yang didapatkannya ditanah air, Noer Ali muda memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Mekah, Arab Saudi tepatnya di Madrasah Darul Ulum. Diluar jam belajar, Noer Ali muda juga masih menyempatkan belajar kepada sejumlah Syeikh yang tersebar di lingkungan Masjidil Haram.
Subhanallah, sebuah kegigihan luar biasa yang ditunjukan oleh Noer Ali muda dalam mencari ilmu. Jujur aku merasa malu pada diri sendiri saat membaca otobiografi Noer Ali muda dalam menempuh pendidikannya, Aku yang hidup di zaman modern seperti saat ini mungkin tidak akan pernah menemukan kesulitan seperti yang ditemukan oleh Noer Ali. Namun, mengapa semangatku untuk terus menimba ilmu kalah dengannya.
Sering aku mengeluh dengan tugas yang diberikan oleh dosen, sering aku ingin segera melupakan penatnya pelajaran dengan jalan jalan tanpa arah tujuan. Sering pula aku malas berangkat ke kampus yang hanya berjarak kurang lebih 15 km. Semoga aku dapat meneladani dan mecontohnya dalam kehidupanku kedepannya. Amiin 🙂
Kepulangan Noer Ali
Sepulangnya Noer Ali dari tanah rantau Arab Saudi ternyata membawa angin segar bagi penduduk setempat. Dengan bekal pendidikan tinggi serta pemahaman ilmu politik yang sempat didapatkannya di Arab Saudi, Noer Ali sering merepotkan pemerintah Hindia Belanda saat itu. Penentangan penentangan terhadap peraturan yang merugikan kaum pribumi sering dilontarkan kepanda pemerintah Hindia Belanda.
Gebrakan Noer Ali dalam mengusir penjajah tak hanya sampai disitu. Pada bulan September 1947 berdasarkan perintah Letnan Jenderal Oerip Soemohadjo, Noer Ali mendirikan organisasi perlawanan gerilya yaitu Markas Pusat Hizbullah – Sabilillah (MPHS) yang diketuai langsung oleh K. H. Noer Ali. Organisasi ini tak ada kaitannya dan terpisah dari Hizbullah – Sabilillah pusat.
Tujuan dari pembentukan MPHS adalah membantu perjuangan TNI dalam menyatukan serta merebut kembali kemerdekaan Indonesia. Dengan adanya MPHS sebagai partner TNI yang pada saat itu aggotanya hanya tinggal belasan orang akibat pertempuran yang terjadi antara barisan pertahanan dengan TNI serta dampak dari agresi militer Belanda I terbukti cukup membanu dalam meredam pertempuran yang terjadi di Tambun dan Karawang.
Selain perjuangan secara militer, Noer Ali juga ikut berpartisipasi dalam perjuangan diplomatik. Diantaranya adalah ikut berpartisipasi sebagai anggota delagasi mewakili Republik Indonesia Serikat di Konferensi Indonesia – Belanda pada tahun 1949. Di konferensi tersebut Noer Ali bersama tokoh tokoh nasional seperti Muhammad Natsir, Mr. Yusuf Wibisono, Mr. Muhammad Roem, Muhammad Syafei serta K. H. Rojiun bersama sama membahas kelanjutan perjuangan bangsa Indonesia untuk memperthankan kemerdekaan.
Pahlawan Nasional
Penganugerahan K. H. Noer Ali sebagai pahlawan nasional sendiri baru diberikan pada tanggal 3 November 2006. Pengakuan tersebut berdasarkan surat Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 085/T/Tahun 2006. Pemberian gelar tersebut dilaksanakan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono melalui putra dari K.H. Noer Ali yaitu K.H. M Amin Noer.
Menurutku pemberian gelar tersebut memang pantas diberikan kepada beliau, Gelar pahlawan sebagai penghargaan tertinggi terhadap ulama serta pejuang yang telah mengabadikan hartanya, dirinya, batinnya serta jiwa dan raganya secara ikhlas untuk agama, bangsa dan negara terutama untuk daerah yang ku tinggali saat ini yaitu Bekasi. Aku warga Bekasi merasa bangga dengan pernah hadirnya sosok seorang pahlawan dari wilayah ini. Kegigihan serta sikap patriotisme yang dimilikinya semoga akan terus ada dan menular ke diri kami, penerus bangsa. Trimakasih Pahlawan Nasional K. H. Noer Ali 🙂
References
Alie Anwar. (2011). Noer Ali : Riwayat Pendidikan dan Anugerah Pahlawan Nasional. Retrieved November 8, 2012, from http://media-santri.blogspot.com/2012/04/noer-alie-riwayat-pendidikan-dan.html
Leave a Reply