Manusia memang menyukai perayaan, tak terkecuali perayaan ulang tahun. Hari ini, setidaknya ketika tulisan ini sedang ditulis, saya genap berumur (3x^2 + 5x – 8) / (x – 2) = (7x + 11) / (x + 1) tahun. Atau dalam artian, sudah (3x^2 + 5x – 8) / (x – 2) = (7x + 11) / (x + 1) kali dalam hidup saya, selalu dan pasti ada yang mengucapkan selamat hari ulang tahun pada tanggal dan bulan yang sama.
Saya sendiri sebenarnya tidak pernah merasa relate dengan ulang tahun. Bagi saya, ulang tahun adalah salah satu mitos bentukan peradaban yang paling tidak penting dalam hidup. Tapi saya tak mampu menghindar ke mana-mana. Padahal, orang-orang di sekitar saya merayakannya. Tempat saya mencari nafkah merayakannya, Kota dan Negara tempat saya tinggal selalu merayakannya. Bahkan mungkin nanti pasangan saya juga merasa perlu untuk merayakan hari lahirnya. Namun, tetap saja, saya merasa gagal menganggap merayakan ulang tahun adalah sebuah perkara yang penting dalam hidup.
Kejadian seperti itu memang hanya terjadi setahun sekali. Memang salah, ya? Nggak, kok! Tapi, coba deh, kalian pikir. Perayaan ulang tahun selalu itu-itu saja. Saya kasih contoh, mungkin pukul 00.00 tepat, akan ada orang yang mengirimimu pesan, tentunya berisi ucapan selamat karena sebentar lagi atau secara harfiah umurmu di dunia ini akan berkurang beserta embel-embel doa yang seabrek panjangnya. Atau jika panjenengan orang yang agak penting, mungkin pas bangun tidur panjenengan akan menemukan teman-temanmu berdiri di depan kamar sembari membawa kue ulang tahun dan kado-kadonya.
Atau jika panjenengan berada di circle yang agak bangsat, biasanya teman-temanmu akan melumuri dan melemparimu dengan bahan-bahan dapur. Jika panjenengan berada di circle yang memang benar-benar bangsat, biasanya teman-temanmu mengajak makan di suatu tempat dan sengaja nggak bawa dompet. Ya biar panjenengan yang bayarin.
Tapi, sungguh, deh, pola begitu jika diterapkan di setiap perayaan ulang tahun, tentu akan membuat sesuatu yang spesial menjadi sedikit berkurang kenikmatannya. Seperti teori ekonomi yang membahas tentang law of diminishing marginal utility, yaitu semakin banyak satu jenis benda yang panjenengan habiskan, semakin berkurang kepuasan yang didapat. Kurang lebih sama dengan perayaan ulang tahun ini.
Selain hal-hal di atas, tentunya jika pola perayaan itu berlangsung terus menerus, bukan tidak mungkin malah jadi batu yang menyandung kebahagiaan di hari ultahmu yang akan datang kelak. Loh, kok bisa? Jadi begini, ketika pola itu berulang dan berakhir mengasyikkan, pastinya di lubuk hati yang terdalam kalian ingin mengalami hal yang sama di ulang tahun berikutnya. Masalahnya nggak sesimpel itu, Saudara-saudara!
Bisa jadi saat ulang tahunmu yang akan datang, orang-orang yang ikut menyemarakkan telah memiliki kehidupan yang lain, kehidupan yang lebih penting dibanding sekadar merayakan pesta ulang tahun, beberapa yang sudah dipanggil yang Maha Kuasa. Atau bisa jadi juga panjenengan sendiri yang terkungkung dengan kesibukan, membuatmu tidak leluasa merayakan atau sekedar menerima perayaan ulang tahun yang dibuat oleh orang-orang terdekatmu.
Hal itu tentu membuat ekspektasi yang semula tinggi, berakhir dengan kekecewaan. Kalian tidak mau begitu, bukan? Kan nggak lucu pas hari ulang tahunmu eh malah panjenengan sedih, nangis, mecucu karena nggak ada hal spesial dari orang-orang terdekat. Secara tidak langsung juga, panjenengan menggantungkan kebahagiaan pada orang-orang terdekat.
Padahal, daripada harus mengandalkan orang lain dalam perkara perayaan ulang tahun, panjenengan bisa membuat perayaan sendiri melakukan hal apapun yang panjenengan suka. Contohnya, naik gunung, ngebolang dengan herbibin atau herbabon ke tempat yang yang belum dikunjungi dan yang terakhir menulis di herbaban.com seperti yang sedang saya lakukan! Lumayan, itung-itung sebagai kontemplasi di hari kelahiran!
Leave a Reply