Untuk para penggiat digital marketing, memasang iklan dengan format gambar atau display advertising memang kerap dilakukan. Namun sering kali display advertising tidak menghasilkan Return of Investment seperti yang diharapkan. Terlebih jika iklan hanya tampil sesekali untuk setiap viewer. Jika tampilan visual banner tidak cukup menarik tentu hal ini akan membuang budget dengan percuma karena tergerus oleh cost of impression.
Lalu untuk mengakalinya biasanya para digital marketing expert akan menggunakan strategi remarketing. Hasil research CPC Strategy menunjukkan bahwa strategi remarketing mampu memberikan tingkat ROI yang lebih tinggi dibandingkan jenis strategi lainnya.
Dan di postingan kali ini, mari kita berdiskusi tentang konsep dasar dan beberapa strategi yang dapat diaplikasikan dalam remarketing pada Google Display Networks, jaringan iklan terbesar di Internet yang dimiliki oleh Google yang juga menjalankan SEM.
Pengertian Remarketing?
Pernahkan kalian mengunjungi suatu website kemudian setelah keluar dari website tersebut iklan dari website tersebut selalu muncul dan mengejar kemanapun Anda online? Jika jawabannya Ya, itu berarti Anda telah menjadi target dari iklan remarketing. Dengan kata lain, remarketing adalah strategi penayangan iklan yang ditujukan kepada orang yang telah melakukan lead kepada website yang dikunjungi.
Untuk lebih jelasnya, berikut contoh dari iklan remarketing dari salah satu situs e-commerce Indonesia yang selalu muncul setelah baban mengunjuginya.
Gambar diatas adalah contoh dari iklan bergambar yang menggunakan fitur Google Display Networks (GDN) sebagai media penyebarannya. Fitur tersebut dapat diakses melalui Google Adwords.
Sebenarnya, pilihan strategi iklan remarketing dapat dilakukan bukan hanya pada Google Adwords. Strategi yang sama dapat diterapkan juga pada hampir semua ad network seperti Twitter, Facebook, Instagram dan lainnya. Penerapan remarketing pada advertising network tersebut pada dasarnya sama dengan penerapan remarketing pada Google AdWords yakni dengan memasukan beberapa baris kode dari advertising networks ke website Anda. Kode tersebutlah yang nantinya akan menyimpan Cookie dari setiap pengunjung yang dapat Anda gunakan sebagai database remarketing.
Beberapa Contoh Remarketing List pada Digital Marketing
Salah satu keuntungan mengaplikasikan strategi remarkting pada digital marketing adalah para marketers dapat menargertkan dengan jelas kepada siapa saja iklannya harus tampil, baik secara demografi maupun behavior pengunjung. Penargetan tersebut sering disebut sebagai remarketing list. Namun untuk mendapatkan data remarketing list, marketers harus memiliki minimal 100 pengunjung yang telah melakukan engagement baik berupa klik, komentar maupun hanya sekedar berkunjung.
Berikut ini beberapa tipe remarketing list yang kerap digunakan:
- All visitors – List ini berisi semua orang yang pernah mengunjungi situs Anda, tanpa terkecuali.
- People who visit specific product categories – Jika Anda memiliki beberapa kategori produk, daftar remarketing ini dapat sangat bermanfaat untuk menampilkan penawaran untuk produk yang relevan berdasarkan apa yang sebelumnya dilihat oleh pengunjung website Anda.
- Abandoned cart – Remarketing list ini berisi pengunjung yang meninggalkan keranjang belanja tanpa menyelesaikan pembelian.
- Visit certain page – Pengunjung dari halaman tertentu dapat Anda targetkan kembali dengan remarketing list ini.
- Converted user – Salah satu remarketing list yang paling banyak digunakan, yaitu kumpulan pengunjung yang sudah melakukan konversi di situs Anda (Leads, Purchase, etc.)
- Visit x number of pages – Anda juga dapat membuat list berisi para pengunjung yang membuka sejumlah halaman di website Anda.
- Group of customers – Dengan membagi customer ke dalam beberapa kelompok, Anda dapat menyampaikan pesan yang relevan kepada setiap dari mereka.
Berikut tadi beberapa ide remarketing list yang dapat diaplikasikan pada digital marketing. Pemilihannya dapat disesuaikan dengan budget dan goal yang ingin dicapai. Pemilihan remarketing list yang tepat tantu akan membantu Anda dalam meningkatkan ROI, menekan Cost Per Acquisition (CPO) & Cost Income Ration serta mencapai KPI dengan maksimal. Sampai jumpa di post selanjutnya.
Leave a Reply