Tempat Corat-Coret Dikala Senggang

Teruntuk Korban Bullying, Yuk Baca 3 Buku ini untuk Menemanimu Bangkit

Saya tahu rasanya jadi korban bullying itu pahitnya minta ampun. Dari mulai dikucilkan, diolok-olok, ditertawakan, dijahili yang bukan-bukan, bahkan bisa sampai disakiti secara fisik. Hingga rasanya ingin menyerah saja. 

Namun, saya acungi jempol untuk panjenengan yang mau bertahan dan bangkit dari trauma korban bullying. Bangkit itu nggak mudah, kadang rasanya seakan berjuang sendiri karena tidak ada orang sekitar yang peduli. Padahal kita sangat membutuhkan dukungan dan pelukan untuk memotivasi. Untuk yang mendapat support dari keluarga hingga dari lingkungan pertemanan, makin semangat ya! Bagaimanapun keadaan sekitarmu, entah mereka perduli atau tidak, tetaplah bertahan dan dorong diri panjenengan untuk bangkit.

Selain dari lingkungan sekitar dan keluarga, panjenengan juga bisa memperkuat tekad untuk bangkit melalui bacaan-bacaan yang tepat. Kalau saya sendiri, ketika sedang down suka sekali mendengar dan meresapi potongan lirik dalam lagu fight song-nya Rachel Flatten, “like how a single word, can make a heart open.” (Sebagaimana halnya satu kata, bisa membuat hati terbuka.)

Apalagi kalau banyak kata, bisa makin semangat seribu derajat. Nah, kali ini saya punya rekomendasi bacaan yang cocok banget menemani panjenengan dalam berjuang.

  1. Resilience: Remi’s Rebellion

Novel ini menceritakan tentang tokoh Remi yang memutuskan melakukan sebuah “pemberontakan” dari kehidupannya yang serba sunyi dan penuh kesendirian. Remi yang mengalami perisakan di SD dan di SMP-nya, menjadi sosok yang menutup diri dan sulit untuk berteman. Namun, suatu hari, sebuah mimpi menyadarkannya tentang arti penting dari hubungan sosial.

Baca juga:  Honda Jazz, Artefak Lucu Buruan Kolektor Otomotif

Proses yang dialami Remi ini nggak mudah. Usaha untuk mendapatkan teman dengan mengikuti setiap tips dari si ketua kelas sudah ia lakukan. Ada saatnya dia ingin menyerah, masuk ke kamar dan menangis sepuasnya. Walaupun begitu, Remi terus bangkit dengan berusaha lagi dan lagi.

Selain menggambarkan masa remaja Remi, novel ini juga menceritakan tentang quarter life krisis yang dialami Remi saat dewasa. Teman-teman Remi yang memiliki karier lebih cemerlang membuatnya iri. Ditambah lagi para perisak, orang-orang yang pernah meremehkannya, justru kehidupannya baik-baik saja.

Novel ini mengajarkan untuk belajar mencintai diri kita, berjuang sekuat tenaga sekaligus bersyukur atas apa yang sudah kita dapat dan usahakan.

  1. Harry Potter

Mungkin sebagian dari panjenengan sudah pernah membaca novel ini. Atau bahkan sudah khatam berkali-kali? Namun, apa hubungannya novel ini dengan korban bullying? Kalau panjenengan masih ingat bagian awal cerita, Harry Potter adalah murid yang sering di-bully Dudley dan kawan-kawannya. Orang-orang tidak ada yang berani berteman dengan Harry. Mereka terlampau takut dengan ancaman si Dudley ini. Dari sinilah, sekolah menjadi sesuatu yang sangat tidak menyenangkan.

Namun, perbedaan besar terjadi saat Harry mengenal sekolah Hogwarts. Dia bukan lagi anak yang dikucilkan dan terus di-bully. Harry justru menjadi sosok populer yang dikagumi dan membuat para murid di Hogwarts penasaran melihatnya.

Baca juga:  herbunbun si scoopy gemoy

Apa yang dapat kita pelajari dari kisah Harry Potter ini? Yaps, temukan tempat dan lingkungan yang tepat.

  1. Please Stop Laughing at Me

Ini adalah novel yang diambil dari kisah si penulis sendiri. Saya nangis baca ini, Kawan. Jodee, si penulis, menjadi korban bullying selama 12 tahun. padahal, jika kita melihat kisahnya, apa yang ia lakukan tidak salah. Berteman dengan murid difabel, menjadi murid yang cerdas dalam berpidato, dan melakukan kebaikan-kebaikan lain seharusnya adalah perbuatan yang mesti diapresiasi. Namun, berbeda dengan lingkungan sekolah, para siswa justru melakukan pengucilan terhadapnya.

Saya terkagum bagaimana jodee mampu untuk bertahan. Dengan terus mempertahankan harapan-harapannya, ia terus berusaha menjadi dirinya yang mencintai kebaikan.

Novel ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Bencana Sekolah. Apa yang dialami Jodee ini sangat relate dengan apa yang kita alami. Sebagai penutup tulisan ini, kalian bisa menikmati satu kutipan penyemangat dari novel ini.

Ia mengatakan padaku bahwa teman-teman sekelasku keras kepadaku bukan karena mereka membenciku. Tetapi karena mereka tidak memahamiku. “Suatu hari nanti kehidupan akan berubah dan kau akan memiliki begitu banyak teman… orang-orang yang punya banyak kesamaan denganmu,” katanya menenangkan.

Share this:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *