Membeli Toyota Altis bekas bukan sebuah kesalahan. Justru itu adalah pilihan terbaik bagi para pemula!
Memiliki sesuatu untuk pertama kali tentu bikin kita merasa sayang banget sama benda itu, kan? Apalagi kalau benda yang kita miliki itu adalah mobil. Rasanya pasti seneng banget walaupun seonggok mobil itu adalah bekas, tahun tua pula.
Tahun 2020, untuk pertama kalinya, saya memberanikan diri untuk meminang mobil sendiri. Walaupun sebenarnya, tak butuh-butuh amat dan hati juga hati belum merasakan kebahagiaan di balik kemudi melingkar tersebut, rasanya belum sebahagia ketika saya mengendarai herbibin atau herbabon motor kesayangan.
Setelah berkonsultasi sana sini, saya memilih Toyota Altis 2008 sebagai mobil pertama. Iya betul, Altis yang sampai sekarang masih banyak berseliweran di jalan raya, generasi kedua dari versi terbaru yang lampu mundurnya hanya satu itu.
Untuk kategori sedan, saya pikir inilah mobil puncak yang bakalan memuaskan segala keinginan manusia dengan budget terbatas macam saya. Mungkin Ketidakpuasan-ketidakpuasan pada pengalaman meminjam Honda City yang walaupun kelasnya sama memang dilunasi benar oleh mobil spek “tanggung” dari Toyota ini.
Jika bepergian ke luar kota, sebutlah ke arah Cikarang yang terkenal dengan jamaah truk di seputaran Kalimalang dan marka jalan tak putus-putusnya (alias tanda tak boleh nyalip), kepedean saya meningkat dua ratus persen. Libas, salip, libas, salip. Jangankan cuma truk, mendahului bus Eka atau Pahala Kencana pun cukup sekali bejek gas.
Kepada Altis saya menjura. Tidak kena semprit polisi akibat melindas marka jalan adalah momen langka dalam driving experience saya. Saya mengalami masa-masa satu sempritan seharga lima puluh ribu hingga kini yang sudah jadi seratus ribu.
Power yang melimpah, akselerasi yang membuat putus asa para sopir Avanza, handling yang mantap, hingga top speed yang membuat Sumber Kencono/Sumber Selamat tak lebih dari ingsutan Altis belaka menjadikan saya mantap berjanji dalam hati untuk tidak pernah menceraikan Altis. Di tol dalam kota, Altis sanggup ngacir sampai lebih dari 120 kilo/jam. Bejekan pedal gas masih tersisa, tapi ketabahan hati saya sudah tiada.
Tegasnya, saya merekomendasikan panjenengan untuk membeli Altis jika mendambakan kendaraan yang bertenaga paripurna, berakselerasi juara, sound system yang tak perlu diotak-utik lagi, suspensi tidak geal-geol macam Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia, dan sanggup membuat para wanita murah senyum seketika.
Sayangnya, seperti yang telah dijelaskan di awal, saya sebenarnya belum membutuhkan amat kendaraan ini. Alasannya, karena saya belum menikah dan lebih sering sendiri saat bepergian, sehingga lebih merasa nyaman dan senang numpak roda dua untuk bepergian, biar sat-set juga tentunya.
Jadilah mobil ini lebih banyak terparkir dibanding mengaspal di jalan raya selama kurang leih 2 tahun. Setelah berpikir, daripada mobil ini terbengkalai menjadi besi tua selain memang karena umurnya sudah tua, plus karena ini mobil sedan yang di negara tercinta ini pajaknya lebih mahal dibanding mobil model lainnya walaupun dengan tahun yang sama.
Diakhir tahun 2022, saya posting di OLX dan dalam hitungan hari, Altis tua tersebut sudah berpindah ke pemilik baru. Mobil yang sejauh ini, ternyaman yang pernah rasakan. Walau sedih, karena masih miskin saya coba mengikhlaskan. Gak kuat booo bayar pajaknya. Doakan, rekening saya segera menggendut, agar kelak tak merasa terbani untuk meminang Altis yang berkharisma ini.
Leave a Reply